Kritik dan Esai Puisi "Sajak Palsu" karya Agus R. Sarjono

 Agus R. Sarjono merupakan seorang sastrawan Indonesia kelahiran Bandung, 1962. Namanya lebih dikenal sebagai seorang penyair, novelis, dan penulis esai sastra. Ia merupakan sastrawan Indonesia pertama yang mendapat kehormatan untuk tinggal dan menulis di rumah sastrawan besar Jerman peraih nobel sastra, Heinrich Boll, atas undangan Heinrich Boll Stiftung. 

Foto Agus R. Sarjono

Agus R. Sarjono selain sebagai penyair, sehari-harinya berprofesi sebagai pengajar pada Jurusan Teater Sekolah Tinggi Seni Indonesia (STSI) Bandung. Puisi-puisinya identik mengangkat tema sosial-politik. Puisinya yang terkenal ialah Sajak Palsu.

Berikut adalah puisinya : 

Selamat pagi pak, selamat pagi bu, ucap anak sekolah dengan sapaan palsu.

Lalu mereka pun belajar sejarah palsu dan buku-buku palsu.

Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop, berisi perhatian dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu,

akhirnya pak guru dan ibu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu,

ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu .


Sebagian menjadi guru, ilmuwan atau seniman palsu.

Dengan gairah tinggi mereka menghambur ke tengah pembangunan palsu

dengan ekonomi palsu sebagai panglima palsu.

Mereka saksikan ramainya perniagaan palsu

dengan ekspor dan impor palsu

yang mengirim dan mendatangkan berbagai barang kelontong kualitas palsu.

Dan bank-bank palsu dengan giat menawarkan bonus dan hadiah-hadiah palsu,

tapi diam-diam meminjam juga pinjaman dengan izin dan surat palsu

kepada bank negeri yang dijaga pejabat-pejabat palsu.

Masyarakat pun berniaga dengan uang palsu yang dijamin devisa palsu.

Maka uang-uang asing menggertak dengan kurs palsu,

sehingga semua blingsatan dan terperosok krisis yang meruntuhkan pemerintahan palsu

ke dalam nasib buruk palsu.

Lalu orang-orang palsu meneriakkan kegembiraan palsu

dan mendebatkan gagasan-gagasan palsu

di tengah seminar dan dialog-dialog palsu

menyambut tibanya demokrasi palsu

yang berkibar-kibar begitu nyaring dan palsu


 Puisi yang ditulis pada tahun 1998 tersebut bertema tentang sosial dan politik. Puisi Sajak Palsu menggunakan bahasa sehari-hari sehingga maknanya dapat dengan mudah ditangkap oleh pembaca maupun pendengar. Dalam pembacaannya, puisi ini dibacakan seperti orang yang sedang bercerita dengan kemarahan. Puisi tersebut dibacakan dengan nada marah karena pada maknanya puisi tersebut membicarakan tentang dunia yang penuh kepalsuan, tipu daya.

Dunia yang penuh kepalsuan, tipu daya dalam puisi tersebut telah ada pada semua bidang seperti bidang pendidikan, sosial, ekonomi, hukum, pertanian dan sebagainya. Penyebab semua kepalsuan tersebut ialah berawal dari pendidikan yang palsu. Pendidikan palsu ialah pendidikan yang jalani hanya untuk mendapat kerja, tidak mementingkan ilmunya. Oleh karena itu untuk mendapatkan kerja pelajar palsu mengejar nilai dengan cara apapun, misalnya dengan menyuap guru dengan uang. Karena dengan pendidikan yang palsu, penuh tipu daya, maka nantinya akan menciptakan lulusan yang tercipta akibat kepalsuan, tipu daya, yang tidak memiliki pengetahuan maupun keterampilan. 

Di akhir sekolah mereka terperangah melihat hamparan nilai mereka yang palsu.

Karena tak cukup nilai, maka berdatanglah mereka ke rumah-rumah bapak dan ibu guru untuk menyerahkan amplop, berisi perhatian dan rasa hormat palsu.

Sambil tersipu palsu dan membuat tolakan-tolakan palsu,

akhirnya pak guru dan ibu guru terima juga amplop itu sambil berjanji palsu

untuk mengubah nilai-nilai palsu dengan nilai-nilai palsu yang baru.

Masa sekolah demi masa sekolah berlalu, mereka pun lahir sebagai ekonom-ekonom palsu,

ahli hukum palsu, ahli pertanian palsu, insinyur palsu .


Puisi Sajak Palsu, secara tidak langsung menyampaikan bahwa peranan pendidikan itu sangatlah penting, karena dengan pendidikan, seseorang dapat bermoral. Kualitas pendidikan yang sangat rendah, seperti guru yang dapat disuap dengan uang untuk mengubah nilai muridnya. Hal tersebut akan mengakibatkan suap menyuap menjadi budaya yang melekat pada individu, dan tidak bisa dilepaskan hingga selesainya pendidikan. Hingga selesai pendidikan, seorang individu dalam mencapai tujuannya, akan terus melakukan suap menyuap, atau tipu daya lainnya dalam berbagai hal. 

0 Response to "Kritik dan Esai Puisi "Sajak Palsu" karya Agus R. Sarjono"

Posting Komentar

Blog ini dilindungi oleh DMCA